Kamis, 30 Juli 2015

DO'A DAN DZIKIR

Doa Terhindar dari Pokok-pokok Pengganggu Jiwa
Dari Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, Beliau berkata, “Saya banyak mendengar Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ، وَالعَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالبُخْلِ وَالجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
‘Ya Allah sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari kegelisan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari kebakhilan dan sifat pengecut, dan dari penumpukan hutang dan penaklukan kaum lelaki (yang zhalim).’.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary]

Dari Perbendaharaan Surga
Dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya,
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ، أَلاَ أُعَلِّمُكَ كَلِمَةً هِيَ مِنْ كُنُوزِ الجَنَّةِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Wahai Abdullah bin Qais, inginkah engkau kuajari sebuah kalimat yang merupakan salah satu perbendaharaan surga? (Yaitu), (kalimat) Lâ Haula wa Lâ Quwwata Illâ Billâh ‘Tiada daya dan kekuatan kecuali hanya kepada Allah’.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim. Lafazh hadits bagi Al-Bukhary]

Doa Ketika Akan Tidur dan Bangun Tidur
Dari Hudzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu ‘anhumâ, beliau berkata, “Adalah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bila hendak tidur, beliau membaca
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا
Bismikallâhumma amûtu wa ahyâ (Dengan nama-Mu, Ya Allah saya mati dan saya hidup).’
Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan,
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Alhamdulillâhilladzî ahyânâ ba’da mâ amâtanâ wa ilaihin nusyûr (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).’.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary]

Doa Saat Angin Berhembus Kencang
Dari Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ, beliau bertutur, “Adalah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam apabila angin berhembus kencang, beliau berdoa,
اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَخَيْرَ مَا فِيهَا، وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ مَا فِيهَا، وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
‘Ya Allah, saya memohon kepada-Mu kebaikan (angin ini), dan kebaikan yang terdapat padanya, serta kebaikan yang ia diutus dengannya. Dan saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan (angin ini), dan kejelekan yang terdapat padanya, serta kejelekan yang dia diutus dengannya.’.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim. Lafazh hadits milik Imam Muslim]

Doa Ketika Turun Hujan
Dari Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ, beliau bertutur, “Sesungguhnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam apabila melihat hujan, beliau berdoa,
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Ya Allah, (jadikanlah hujan ini) sebagai hujan yang bermanfaat.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary]

Doa Indah Saat Sujud
Dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Adalah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam membaca dalam sujudnya,
اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ، وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ
“Ya Allah, ampunilah semua dosaku, yang kecil dan yang besar, yang pertama maupun yang terakhir dan yang tampak maupun yang rahasia.” [Diriwayatkan oleh Muslim]

Dzikir Pagi dan Sore
Dari Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Fatimah radhiyallâhu ‘anhâ, “Apa yang menahanmu untuk mendengarkan wasiatku kepadamu, (yaitu) engkau membaca saat memasuki waktu pagi dan waktu sore,
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ
‘Wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu saya mohon pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan janganlah engkau wakilkan aku pada diriku sendiri walau sekejap mata.’.” [Diriwayatkan oleh An-Nasâ`iy dalam Al-Kubrâ dan Al-Hakim. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahîhah no. 227]

Doa Pagi dan Petang, serta Sebelum Tidur
Dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, beliau berkata, Abu Bakr berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu yang dibaca bila saya memasuki waktu pagi dan waktu sore, serta bila saya akan tidur.” Beliau bersabda, “Ucapkanlah,
اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي، وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ
‘Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang mengusainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan diriku, dan dari kejelekan syaitan dan perbuatan kesyirikannya.’.” [Diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzy, dan selainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahîhah no. 2753 dan Syaikh Muqbil dalam Al-Jâmi’ Ash-Shahîh 2/532-533]
Dari ‘Utsmân bin  Affân radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba berucap pada pagi setiap hari dan sore setiap malam,
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
‘Dengan nama Allah yang tiada sesuatu apapun yang di bumi maupun ada di langit yang dapat memberi bahaya bersama nama-Nya itu, sedang Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’, sebanyak tiga kali, pasti tidak akan ada suatu apapun yang membahayakannya.” [Dikeluarkan Al-Bukhary dalam Al-Adab Al-Mufrad, Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzy, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban. Dikuatkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad dan Syaikh Muqbil dalam Al-Jâmi’ Ash-Shahîh.]

Dzikir Pagi dan Sore
Dari Abdullah bin Mas’ûd radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam membaca di waktu sore,
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
“Kami masuk di waktu sore, sedang segala kekuasaan hanya menjadi milik Allah, segala puji milik Allah. Tiada sesembahan yang haq kecuali Allah semata, tiada serikat bagi-Nya. Milik-Nya segala kekuasaan dan segala pujian, dan Dia-lah Yang Maha Mampu atas segala sesuatu. Rabbku, aku memohon kepada-Mu kebaikan yang ada pada malam ini dan kebaikan yang ada pada sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang pada pada malam ini dan kejelekan sesudahnya. Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari sifat malas dan buruknya umur tua. Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari adzab di Neraka dan dari adzab di dalam kubur.”
Di waktu pagi, beliau membaca,
أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، … رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، …
“Kami masuk di waktu pagi, sedang segala kekuasaan hanya menjadi milik Allah… Rabbku, aku memohon kepada-Mu kebaikan yang ada pada hari ini dan kebaikan yang ada pada sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang pada pada hari ini dan kejelekan sesudahnya. ….” [Diriwayatkan Muslim]

Doa Masuk WC
Dari Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, beliau bertutur, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk ke tempat membuang hajat, beliau berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالخَبَائِثِ
‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan syaitan perempuan.’.” [Diriwayatkan Al-Bukhary  dan Muslim]

Bacaan Sebelum Masuk WC
بِسْمِ اللهِ.
“Dengan menyebut semua nama Allah.”
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tirai antara pandangan jin dengan aurat manusia di saat seseorang masuk ke dalam WC adalah dengan dia mengatakan ‘Bismillah’.” [Dirwayatkan oleh At-Tirmidzy, Ibnu Majah  dan lainnya. Lihat Irwâ` Al-Ghalîl 1/89-90]

Doa Ketika Setelah Makan
Dari Mu’adz bin Anas radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang memakan suatu makanan, lalu berkata,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ، وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ
‘Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makan dengan makanan ini dan yang telah merezekikannya untukku tanpa daya dan kekuatan dariku’, pasti akan diampuni dosanya yang telah berlalu.” [Diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzy, Ibnu Majah, dan selainnya dengan sanad yang hasan. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Al-Irwâ` no. 1989]

Doa Setelah Mengenakan Pakaian
Dari Mu’adz bin Anas radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang memakai suatu pakaian, lalu berkata,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَسَانِي هَذَا الثَّوْبَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي
‘Segala puji bagi Allah yang memakaikan untukku pakaian ini dan yang telah merezekikannya untukku tanpa daya dan kekuatan dariku’, pasti akan diampuni dosanya yang telah berlalu.” [Diriwayatkan Abu Dawud, Ad-Dârimy, Abu Ya’lâ, Al-Hakim dan selainnya dengan sanad yang hasan.]

Dzikir Bangun Tidur
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي فِي جَسَدِي، وَرَدَّ عَلَيَّ رُوحِي وَأَذِنَ لِي بِذِكْرِهِ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada jasadku dan mengembalikan ruhku kepadaku serta mengizinkanku untuk mengingat-Nya.”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan An-Nasa`iy dalam Al-Kubrâ dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Sanadnya dianggap Jayyid oleh Syaikh Albany dalam Takhrij Al-Kalim Al-Thayyib]

Doa Agar Terlindung dari Kesesatan
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa,
اللهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْ تُضِلَّنِي، أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا يَمُوتُ، وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوتُونَ
“Ya Allah, kepada-Mulah saya berserah diri, karena-Mu saya beriman, terhadap-Mu saya bertawakkal, kepada-Mu saya kembali (bertaubat), karena-Mu saya berdebat. Ya Allah, Aku berlindung dengan keperkasaan-Mu agar Engkau (tidak) menyesatkanku, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Engkau, Engkau adalah Yang Maha Hidup yang tidak akan mati, sedangkan jin dan manusia akan meninggal.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim. Lafazh hadits milik Imam Muslim]

Berlindung dari Hal-hal yang Mungkar
Dari Quthbah bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam selalu membaca doa,
اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ، وَالْأَهْوَاءِ، وَالْأَعْمَالِ وَالْأَدْوَاءِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hal-hal mungkar yang berupa akhlak-akhlak (jelek), hawa-hawa nafsu, amalan-amalan (jelek), dan penyakit-penyakit.” [Dikeluarkan oleh At-Tirmidzy, Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan selainnya. Dishahihkan oleh Al-Albany dan Al-Wâdi’iy]

Doa agar Lepas dari Utang
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu ‘anhu, beliau berkata kepada seorang lelaki, “Aku akan mengajarimu beberapa kalimat yang diajarkan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam kepadaku. Andaikata engkau memiliki hutang sebesar gunung Shîr, Allah akan melunusinya untukmu. Ucapkanlah,
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah, cukupilah aku dengan (rezeki) yang halal, (sehingga aku tidak memerlukan) yang haram, dan perkayalah aku dengan karunia-Mu, (sehingga aku tidak memerlukan) siapa pun, selain diri-Mu.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzy, dan Al-Hakim. Dihasankan oleh Al-Albany dalam Ash-Shahîhah no. 266]

Doa Agung di Akhir Setiap Shalat
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyalllahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya, “Wahai Mu’adz, demi Allah sungguh aku mencintaimu, demi Allah sungguh aku mencintaimu. Janganlah sekali-kali engkau meninggalkan untuk mengucapkan di belakang setiap shalat,
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
‘Ya Allah, bantulah aku dalam berdzikir kepada-Mu, bersyukur dan keindahan ibadah kepada-Mu.’.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud (lafazh hadits milik beliau), An-Nasâ`iy dalam Al-Kubra, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dan Syaikh Muqbil]

Dzikir saat Bangun dari Tidur
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami (dengan bangun tidur) setelah mematikan kami (dengan tidur) dan hanya kepadanyalah kami akan dibangkitkan.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dari Hudzaifah Ibnul Yaman dan Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu ‘anhum, dan Muslim dari Al-Barâ` bin ‘Âzib radhiyallahu ‘anhumâ]

Doa di Akhir Shalat
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa kepada Abu Bakr Ash-Shiddîq radhiyallâhu ‘anhu agar doa tersebut dibaca pada akhir shalat dan ketika berada di rumah,
اللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْمًا كَثِيرًا ، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِيْ ، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah, sesungguhnya saya telah menzhalimi diriku dengan kezhaliman yang banyak, sedang tiada yang dapat mengampuni segala dosa, kecuali Engkau. Ampunilah saya dengan pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah saya. Sesungguhnya Engkau Maha mengampuni lagi Maha Merahmati.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Bakr Ash-Shiddîq radhiyallâhu ‘anhu]

Doa Ketika Melihat Suatu Cobaan
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengajarkan,
مَنْ رَأَى مُبْتَلًى، فَقَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ، وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً لَمْ يُصِبْهُ ذَلِكَ الْبَلاَءُ
“Barangsiapa yang menyaksikan orang yang tertimpa ujian, hendaknya dia membaca, ‘Alhamdulillâhil ladzî ‘âfânî mimmâb talâka bihi wa fadhdhalanî ‘alâ katsîrin mimman khalaqa tafdhîlan ‘segala puji bagi Allah yang memberi afiat kepadaku terhadap sesuatu yang menimpamu, dan (Allah) telah memberi keutamaan kepadaku di atas banyak makhluk-Nya’.’ Pasti ujian itu tidak akan menimpanya.” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan selainnya. Dihasankan oleh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah no. 602]

Bacaan Ketika Mendengar Gemuruh Awan
Dari Abdullah bin Zubair radhiyallâhu ‘anhumâ, apabila mendengar gemuruh awan, beliau menghentikan pembicaraan dan berdoa
سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ، وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ
“Maha Suci (Allah) yang guruh itu bertasbih dengan memuji-Nya, dan para malaikat karena takut kepada-Nya.” [Diriwayatkan oleh Malik, Al-Bukhary dalam Al-Adab Al-Mufrad dan selainnya. Dishahihkan oleh Al-Albany]

Berlindung dari Empat Perkara
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” [Diriwayatkan oleh Muslim dari Zaid bin Arqam radhiyallâhu ‘anhu dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam]

Doa Setelah Mendengar Adzan
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berdoa ketika mendengar adzan,
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلاَةِ القَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ وَالفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
‘Ya Allah! Wahai Rabb seruan yang sempurna ini dan shalat yang akan ditegakkan ini, berikanlah kepada Muhammad al-wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah beliau pada tempat yang dipuji (maqam mahmud) yang telah Engkau janjikan kepadanya’, niscaya ia pasti akan beroleh syafaatku pada hari kiamat.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary]

Doa untuk Seorang yang Menikah
Dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, beliau berkata, “Adalah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bila memberi ucapan kegembiraan terhadap seorang yang menikah, beliau mendoakan,
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
‘Semoga Allah melimpahkan keberkahan kepadamu dan melimpahkan keberkahan terhadapmu, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.’.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzy, An-Nasâ`iy, dan Ibnu Mâjah]

Doa Ketika Singgah di Suatu Tempat
Dari Khaulah bintu Hakîm radhiyallâhu ‘anhâ, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang singgah di suatu tempat, lalu berdoa,
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
‘Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan segala makhluk-Nya’,
tiada sesuatupun yang akan membahayakan dirinya sampai dia meninggalkan tempat tersebut.’.”
[Diriwayatkan oleh Muslim]

Doa Agar Mendapat Kepahaman
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan Ibnu ‘Abbas,
اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Ya Allah, berilah kefaqihan untuknya terhadap agama.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim]

Doa Nabi untuk Musafir
أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِينَكَ، وَأَمَانَتَكَ، وَخَوَاتِمَ عَمَلِكَ
“Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanahmu, dan penutup amalmu.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan selainnya dari beberapa orang shahabat. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dan Syaikh Muqbil.]

Doa Perjalanan
Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila tersempurna di atas untanya, keluar melakukan safar, beliau membaca Allahu Akbar 3 kali, kemudian berdoa,
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ
“Maha Suci (Allah) Yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. Ya Allah, dalam perjalanan ini, kami memohon kepada-Mu kebaikan dan ketakwaan serta amalan yang engkau ridhai. Ya Allah, ringankanlah safar kami ini terhadap kami dan pendekkanlah kejauhannya. Ya Allah, Engkau adalah Kawan dalam perjalanan dan Pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya Aku berlindung kepadamu dari keletihan safar, pemandangan yang menyedihkan, dan perubahan yang jelek pada harta dan keluarga.” [Diriwayatkan oleh Muslim]

Doa Keteguhan Hati
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhumâ, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
اللهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Ya Allah Yang membolak-balik hati, arahkanlah hati-hati kami di atas ketaatan kepada-Mu.” [Diriwayatkan oleh Muslim]

Dzikir Pagi yang Penuh Manfaat
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan selepas shalat Subuh,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasâ`iy dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, Ibnu Majah, dan selainnya. Dihasankan oleh Ibnu Hajar karena pendukungnya dalam Takhrij Al-Adzkâr.]

Doa Minta Petunjuk
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu Petunjuk, Ketakwaan, ‘Iffah (penjaggaan diri dari hal yang tidak diperbolehkan), dan Kecukupan.” [Diriwayatkan oleh Muslim]

http://dzulqarnain.net/lentera-wahyu-mutiara-salaf/doa-dan-dzikir

Rabu, 03 Juni 2015

BERSEGERALAH DALAM LIMA PERKARA

Oleh: Al-Ustadz Abdul Qadir Abu Fa’izah -Hafizhahullah-

Jika kita mengenal “Lukman Al-Hakim” yang bijak, seorang yang sholih telah diabadikan hidup dan kisahnya di dalam Al-Qur’an dari kalangan umat yang terdahulu, maka di tengah umat ini ada seorang ulama yang amat bijak dan berhikmah kata-katanya, sampai ia digelari dengan “Luqmannya Umat ini”. Itulah Hatim bin Unwan Al-Ashom Al-Balkhiy [Lihat Siyar A’lam An-Nubala’ (11/485)]
Diantara kalam dan nasihat bijak beliau, ia pernah berkata saat menjelaskan lima perkara yang dianjurkan padanya bersegera dan bergegas, tanpa ditunda-tunda,
يقال: العجلة من الشيطان إلا في خمس إطعام الطعام إذا حضر الضيف وتجهيز الميت إذا مات وتزويج البكر إذا أدركت وقضاء الدين إذا وجب والتوبة من الذنب إذا أذنب
“Dikatakan, “Ketergesa-gesaan itu dari setan, kecuali dalam lima perkara: menghidangkan makanan jika tamu telah hadir, mengurusi jenazah jika telah wafat, menikahkan anak gadis jika telah baligh, menunaikan utang jika telah jatuh tempo, dan bertobat dari dosa jika telah melakukan dosa”. [HR. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (8/78)]
Hatim Al-Ashom -rahimahullah- mengisyaratkan kepada kita bahwa sikap tergesa-gesa pada asalnya adalah tercela. Namun semua itu dikecualikan dalam lima perkara tersebut.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
التأني من الله و العجلة من الشيطان
“Sikap pelan berasal dari Allah, dan sikap tergesa-gesa berasal dari setan”. [HR. Abu Ya’laa dalam Al-Musnad (no. 4256) dengan sanad hasan. Lihat Ash-Shohihah (1795)]
Tergesa-gesa biasanya lahir atas dorongan setan, karena tergesa-gesa akan menghalangi untuk mengecek dan memperhatikan akibat-akibat perbuatan dan sikapnya.
Kemudian tergesa-gesa yang tercela adalah dalam perkara selain ketaatan, seiring tanpa adanya pengecekan dan tanpa rasa takut kehilangan. [Lihat At-Taisir bi Syarh Al-Jami’ Ash-Shogier (1/867)]
Sikap tergesa-gesa seringkali mewariskan penyesalan bagi pelakunya. Di saat ia menghadapi sesuatu, ia akan mengambil langkah tergesa-gesa. Di kala itu, ia menganggap sikap yang ia jalani akan membawanya kepada kebahagiaan. Tapi ternyata sikapnya meluputkannya dari kebaikan, bahkan merugikan dirinya. Jika ia luput dari kebaikan dunia, maka masih ada asa untuk memperbaikinya, jika masih ada jalan. Namun jika ia meluputkan kebaikan ukhrawinya (yang berkaitan dengan akhiratnya), maka tak ada yang ia petik disana, melainkan penyesalan dan gigit jari.
Amer bin Al-Ash -radhiyallahu anhu- berkata,
لا يزال المرء يجتني من ثمرة العجلة الندامة
“Senantiasa seseorang akan memetik penyesalan dari sikap tergesa-gesanya. [Lihat At-Taisir bi Syarh Al-Jami’ Ash-Shogier (1/867)]
Dzun Nun Al-Mishriy -rahimahullah- berkata,
أربع خلال لها ثمرة: العجلة و العجب و اللجاجة والشره،
فثمرة العجلة الندامة، و ثمرة العجب البغضة، وثمرة اللجاجة الحيرة، و ثمرة الشره الفاقة
“Ada empat perkara yang memiliki buah (akibat buruk): Sikap tergesa-gesa, ujub (bangga diri), perdebatan, dan rakus (tamak).
Maka buah ketergesa-gesaan adalah penyesalan, buah ujub adalah kejengkelan, buah perdebatan adalah keragu-raguan, dan buah kerakusan adalah kemiskinan”. [Atsar Riwayat Al-Baihaqiy Syu’abul Iman (no. 8215)]
Para pembaca yang budiman, Hatim Al-Ashom -rahimahullah- menggunakan kata (العجلة) yang berarti “tergesa-gesa”, namun bukan itu yang dimaksudkan oleh beliau. Tapi maksudnya adalah “bersegera”.
Ali bin Sulthon Al-Qori -rahimahullah- berkata,
بون بين المسارعة والمبادرة إلى الطاعات وبين العجلة في نفس العبادات فالأول محمود والثاني مذموم
“Ada perbedaan antara bersegera menuju ketaatan-ketaatan dan antara tergesa-tergesa dalam ibadah itu sendiri. Maka yang pertama (bersegera) adalah terpuji, sedang yang kedua (tergesa-gesa) adalah tercela”. [Lihat Mirqoh Al-Mafatih (14/360)]
Contohnya, seorang disyariatkan untuk bersegera mendatangi panggilan adzan, namun ia tidak disyariatkan lari tunggang-langgang, karena ia adalah sikap tergesa-gesa yang tercela.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلَا تُسْرِعُوا فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا 
“Jika kalian mendengarkan iqomat, maka berjalanlah menuju sholat dan lazimilah ketenangan dan janganlah terburu-buru. Apa yang kalian jumpai (dari gerakan sholat), maka lakukanlah dan apapun yang luput bagi kalian, maka sempurnakanlah”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (no. 636) dan Muslim dalam Shohih-nya (602)]
Al-Imam Ibnu Qoyyim Al-Jawziyyah -rahimahullah- berkata saat menjelaskan perbedaan antara “bersegera” (المبادرة), dan “tergesa-gesa” (العجلة),
أن المبادرة انتهاز الفرصة في وقتها ولا يتركها حتى إذا فاتت طلبها فهو لا يطلب الأمور في أدبارها ولا قبل وقتها بل إذا حضر وقتها بادر إليها ووثب عليها وثوب الأسد على فريسته فهو بمنزلة من يبادر إلى أخذ الثمرة وقت كمال نضلها وإدراكها والعجلة طلب أخذ الشيء قبل وقته فهو لشدة حرصه عليه بمنزلة من يأخذ الثمرة قبل أوان إدراكها كلها فالمبادرة وسط بين خلقين مذمومين أحدهما التفريط والإضاعة والثاني الاستعجال قبل الوقت ولهذا كانت العجلة من الشيطان فإنها خفة وطيش وحدة في العبد تمنعه من التثبت والوقار والحلم وتوجب له وضع الأشياء في غير مواضعها وتجلب عليه أنواعا من الشرور وتمنعه أنواعا من الخير وهي قرين الندامة فقل من استعجل إلا ندم كما أن الكسل قرين الفوت والإضاعة
“Sesungguhnya bersegera adalah memanfaatkan kesempatan pada waktunya, dan tidak meninggalkannya sampai jika telah luput, maka ia pun mencarinya. Jadi, ia tidaklah mencari urusan-urusan itu setelahnya dan tidak pula sebelumnya. Bahkan jika telah datang waktunya, maka ia bersegera menuju kepadanya, dan ia melompati (meraih)nya seperti singa menerkam mangsanya. Maka ia sama kedudukannya dengan orang bersegera mengambil buah saat sempurnanya pemetikan buah itu.
Sedang ketergesa-gesaan adalah mengambil sesuatu sebelum waktunya. Jadi, ia (orang yang tergesa-gesa), karena ketamakannya atas hal itu, maka ia sama kedudukannya dengan orang yang mengambil buah sebelum waktu pemetikannya secara keseluruhan.
Jadi, bersegera adalah pertengahan di antara dua akhlaq yang tercela. Pertama: keteledoran dan penyia-nyiaan. Kedua: sikap terburu-buru sebelum waktunya. Oleh karena inilah “ketergesa-gesaan” berasal dari setan, karena ia adalah kekurang hati-hatian, kurang berpikir, dan sikap terburu-buru pada diri seorang hamba, yang akan menghalanginya dari memperjelas (mengecek), bersikap tenang, dan pelan dan akan menyebabkan baginya peletakan sesuatu bukan pada tempatnya serta akan menyeret kepadanya berbagai macam keburukan dan menghalanginya dari berbagai macam kebaikan.
Sikap tergesa-gesa adalah partner penyesalan. Katakanlah, “Tidaklah ia (seseorang) tergesa-gesa, kecuali ia akan menyesal”, sebagaimana halnya kemalasan adalah partner bagi luputnya (sesuatu) dan tersia-siakannya”.
[Lihat Ar-Ruh fil Kalam ala Arwah Al-Amwaat wal Ahyaa’ bid Dala’il minal Kitab was Sunnah (hal. 258), cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1395 H]
Sikap kehati-hatian amat dibutuhkan oleh seorang hamba dalam mengarungi perjalanan kehidupannya, terlebih lagi bila ia diperhadapkan dengan sesuatu yang musytabuhat (yang samar) antara al-haq dan al-batil atau antara kebaikan dan keburukan.
Orang yang pandir dan kurang akalnya akan segera mengambil langkah dan sikap, tanpa memikirkan dengan matang tentang akibat dari langkah dan sikap yang ia tempuh. Kebanyakan mereka ini, mendahulukan perasaan atas wahyu dan akal sehatnya. Inilah yang diinginkan oleh setan dalam menimpakan kerugian, penyesalan dan keburukan bagi hamba tersebut.
Sahabat yang mulia, Abdullah bin Mas’ud Al-Hudzaliy -radhiyallahu anhu- berkata,
تكون أمور مشتبهات فعليكم بالتؤدة فإن أحدكم أن يكون تابعا في الخير خير من أن يكون رأسا في الشر
“Akan ada perkara-perkara yang musytabihat (yang samar). Karenanya, lazimilah at-tu’adah (sikap hati-hati dan pelan). Sebab, sungguh seorang diantara kalian menjadi pengikut (pengekor) dalam kebaikan, itu lebih baik (baginya) dibandingkan ia menjadi pemimpin dalam keburukan”. [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (no. 37188), Ibnu Wadhdhoh dalam Al-Bida’ wan Nahyu anha (hal. 87), Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (no. 10371) dan lainnya]
Alangkah banyaknya manusia yang terjerumus dalam keburukan dan kebatilan, akibat sikap tergesa-gesa yang mencelakakannya. Lebih tragis lagi, bila ia terus terlena dalam keburukan dan kebatilannya akibat ia diangkat sebagai pemimpin dalam keburukan dan kebatilan, lalu setan membisikkan ke telinganya bahwa ia tak mungkin berada di atas keburukan dengan dalih banyaknya manusia yang mengikutinya dalam perkara keburukan itu.
Hamba ini tertipu dengan kepemimpinannya dan kedudukan yang ia miliki di tengah manusia. Ia tak tahu bahwa kepemimpinannya dalam keburukan bukanlah bukti bahwa ia di atas kebaikan, bahkan hal itu merupakan tipu daya setan!!
Ia tak tahu bahwa menjadi pengikut dan pengekor dalam kebenaran jauh lebih baik dibandingkan jadi pemimpin dan punggawa dalam keburukan dan kebatilan. Subhanallah, orang yang mengetahui hakikat perkara ini akan membenarkan nasihat mulia dari sahabat Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu anhu- tersebut.
Terakhir, kami ingatkan kepada segenap ikhwah (saudara-saudara), jagalah sikap at-tu’adah (hati-hati dan pelan) dalam mengambil sikap, apalagi di masa fitnah yang terjadi diantara Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Ukurlah segala sesuatu dengan ilmu dan bimbingan para ulama.[1]
Wa shollallahu alaihi wa ala alihi wa shohbihi wa sallam[2].



[1] Para ulama, bukan satu ulama.
[2] Tulisan ini rampung di rumah kami –semoga Allah memberkahinya- pada tanggal 26 Dzulhijjah 1435 H yang bertepatan dengan 20 Oktober 2014 M

http://pesantren-alihsan.org/bersegera-dalam-lima-perkara.html

Jumat, 29 Mei 2015

Memetik Hikmah Di Balik Kemulian Ramadhan





Perjalanan waktu terus berlangsung. Tanpa terasa sekian ramadhan telah kita lewati. Ini membuktikan bahwa masa sudah saling berdekatan sebagaimana yang di beritakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Barangkali sebagian kita telah melalui ramadhan selama enam puluh tahun, ada pula yang lima puluh tahun, empat puluh tahun, tiga puluh tahun, dua puluh tahun, atau lebih maupun kurang. Namun apa hasil yang sudah kita raih untuk kebaikan agama dan akherat kita. Sudahkah tempaan bulan suci ramadhan mampu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah. Atau masihkah tingkah laku kita sama dengan masa sebelumnya bahkan malah lebih parah. Kita memohon kepada Allah ampunan dan rahmat-Nya.

Wahai segenap kaum muslimin, marilah kita merenungi Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berikut ini :

يا أيها الذين أمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa (kepada Allah)”. (Al Baqarah: 183)

Apabila bertakwa kepada Allah menjadi tujuan utama dalam melaksanakan puasa ramadhan berarti pemenangnya adalah orang yang berhasil meningkatkan mutu ketakwaannya selepas bulan yang suci ini. Tentu sangat ironis, jika seorang yang berpuasa di bulan ramadhan justru lebih jauh dari Allah pada bulan-bulan yang berikutnya. Bahkan merupakan kesalahan besar bila seorang yang berpuasa اhanya mau menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat hanya dalam bulan suci ramadhan dan tak lebih dari itu. Semestinya, fenomena rasa antusias yang sedemikain tinggi untuk melaksanakan ibadah dan menjauhi kemaksiatan dalam bulan suci ramadhan bisa ditularkan pada perputaran waktu yang selanjutnya.

Wahai segenap kaum muslimin, marilah kita menghilangkan dari benak kita asumsi bahwa ramadhan hanya sekadar seremonial ritual agama yang di gelar karena adat istiadat umat islam. Selepasnya, kita kembali kepada kemerosatan keyakinan dan moral yang sudah berlangsung sebelumnya dengan sangat parah dan rendah. Marilah kita menjadikan ramadhan sebagai pendidikan spiritual yang mampu membentuk kita sebagai manusia-manusia berkualitas di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Wahai segenap kaum muslimin, sesungguhnya bulan suci ramadhan ini mengandung berbagai pelajaran dan hikmah yang cukup banyak. Ibarat buah yang sudah ranum diatas pohonnya dan hanya tinggal menanti siapa yang datang untuk memetiknya. Dalam tulisan ini, kami mencoba untuk menyuguhkan sebagian pelajaran dan hikmah bulan suci ramadhan bagi para pembaca yang budiman, dengan harapan semoga Allah memberkati kehidupan kita dari waktu ke waktu yang kita lalui, sehingga kita menjadi semakin baik dan lebih bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Diantara hikmah yang bisa kita petik dari bulan suci ramadhan :

Berpuasa

Berpuasa adalah syariat dahulu kala yang diwarisi oleh para nabi dan rasul sampai kepada nabi kita Muhammad shallahu ‘alihi wasalam. Berpuasa menyimpan keberkatan dan kemanfaatan yang banyak sekali, baik dari sisi agama maupun kehidupan. Oleh karena itu, islam mensyariatkan amalan yang mulia ini bukan hanya pada bulan suci ramadhan. Selain puasa ramadhan di sana masih terdapat puasa-puasa yang lainnya, Ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Yang wajib, misalnya seperti puasa qadha`, puasa kaffarah, dan puasa nadzar. Adapun yang sunnah, misalnya seperti puasa nabi Daud yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka, Puasa hari senin dan kamis, puasa hari-hari putih yaitu tanggal tiga belas, empat belas, dan limas belas dari setiap pertengahan bulan Hijriyah dan lain sebagainya.
Berpuasa disyariatkan oleh Allah melalui Rosul-Nya adalah dalam rangka meningkatkan mutu ketakwaan kita. Disamping itu, berpuasa dapat menghindarkan kita dari segala gejolak hawa nafsu dan syahwat yang menyesatkan. Singkatnya, dengan berpuasa, kita bisa menyelamatkan diri dari amukan api neraka. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

الصيام جنة يستجن بها العبد من النار

“Berpuasa itu adalah tameng yang dengannya seorang hamba bisa membentengi diri dari amukan api neraka”.(HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan yang selain keduanya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dengan sanad yang hasan)

Ya, berpuasa adalah tameng yang membentengi kita dari amukan api neraka. Bagaimana tidak? Dengan berpuasa, kita telah menutup pintu-pintu syaithan yang berada dalam tubuh kita. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إن الشيطان يجري من ابن أدم مجرى الدم

“Sesungguhnya syaithan itu mengalir pada diri seorang anak Adam laksana aliran darah”. (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Shafiyyah radhiyallahu ‘anha)

Maka dengan berpuasa, kita telah menutup pintu syaithan untuk menyelusup ke dalam diri kita. Sebab kita telah meninggalkan makan, minum, dan syahwat kita selama berpuasa karena Allah. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman :

كل عمل ابن أدم له إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به, يدع طعامه وشرابه و شهوته من أجلي

“Setiap amalan anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya. Dia meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya karena Aku”. (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Wahai segenap kaum muslimin, ketahuilah, bahwa lambung yang penuh merupakan sarang syaithan yang paling kotor. Dari lambung yang penuh itu, dia akan menggoda seorang manusia untuk durhaka kepada Allah. Seorang hamba yang lambungnya penuh memiliki tenaga, kekuatan, daya, dan potensi yang cukup besar untuk berbuat apa saja. Maka syaithan menggunakan peluang emas ini untuk menggodanya agar memuaskan segenap hawa nafsu dan syahwat dunia yang diinginkannya tanpa harus memperdulikan syariat Allah. Oleh karena itu, barangsiapa yang ingin mampu mengendalikan berbagai dorongan hawa nafsu dan syahwat kesenangan dunia yang sedang bergejolak hebat dalam dirinya, maka hendaklah dia berpuasa. Maka dengan berpuasa, dia akan terbebas dari segala ajakan hawa nafsu dan syahwat yang bisa mendorongnya ke dalam berbagai lembah hitam yang rendah lagi nista. Termasuk syahwat dunia yang bisa dia redam dengan berpuasa adalah syahwat terhadap wanita-wanita yang diharamkan atasnya. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

يا معشر الشباب, من استطاع منكم الباءة فليتزوج, فإنه أغض للبصر و أحسن للفرج, ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء

“Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang sudah mampu, maka hendaklah dia segera menikah, karena yang demikian itu lebih menundukkan pandangannya dan menjaga kehormatannya, dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena yang demikian itu buat dirinya adalah tameng”. (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)

Betapa banyak pria yang terperosok ke dalam lembah neraka jahannam disebabkan oleh fitnah wanita. Intinya, bahwa berpuasa adalah senjata ampuh guna meredam dan mengendalikan hawa nafsu dan syahwat yang durjana. Jika kita telah mengetahui hal ini, maka berpuasa bukan hanya amalan rutinitas pada bulan suci ramadhan. Akan tetapi lebih daripada itu, berpuasa adalah kebutuhan rohani yang semestinya ditunaikan sesuai prosedur syariat islam yang benar demi menggapai kebaikan dunia dan akherat, sehingga kita menjadi manusia-manusia yang lebih bertakwa dan berkualitas di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Wallahu a’lam bish shawab.

http://almaidani.net/memetik-hikmah-di-balik-kemulian-ramadhan/
 

Selasa, 26 Mei 2015

Beberapa Perkara yang Perlu Diketahui Sebelum Memasuki Ramadhan

Hukum Puasa Sehari atau Dua Hari Sebelum Ramadhan
Seseorang tidak boleh berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan dengan maksud berjaga-jaga, jangan sampai Ramadhan telah masuk pada satu atau dua hari itu, sementara dia tidak mengetahui hal itu. Adapun, kalau seseorang berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan karena bertepatan dengan kebiasaannya dalam hal berpuasa sunnah, seperti puasa Senin-Kamis dan puasa Daud, hal tersebut tidaklah mengapa dan diperbolehkan dalam syariat.
Seluruh keterangan di atas berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ
“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan cara berpuasa satu hari atau dua hari (sebelum Ramadhan masuk), kecuali, (jika) seseorang biasa berpuasa dengan suatu puasa, (tetaplah) ia berpuasa.”

Penampakan Hilal Adalah Penentu Masuknya Ramadhan
Penentuan masuknya bulan Ramadhan adalah dengan cara melihat Hilal. Hilal adalah bulan sabit kecil yang tampak pada awal bulan.
Dalam syariat Islam, bulan hanya terdiri dari 29 atau 30 hari sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Umar radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa, tatkala menyebutkan Ramadhan, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan kedua tangannya seraya berkata,
الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا ثُمَّ عَقَدَ إِبْهَامَهُ فِي الثَّالِثَةِ فَصُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوْا لَهُ ثَلَاثِيْنَ
“Bulan (itu) begini, begini, dan begini,” kemudian beliau melipat ibu jarinya pada kali ketiga (yaitu sepuluh, tambah sepuluh, tambah sembilan,-pent.), (lalu berkata), “Maka, berpuasalah kalian karena melihat (hilal) tersebut, dan berbukalah kalian karena kalian melihat (hilal) tersebut. Apabila tertutupi dari (pandangan) kalian, genapkanlah bulan (Sya’ban) itu menjadi tiga puluh (hari).”

Waktu Pemantauan Hilal
Pemantauan hilal Ramadhan hendaknya dilakukan pada 29 Sya’ban setelah matahari terbenam. Selang beberapa saat, bila hilal terlihat, 1 Ramadhan telah masuk, tetapi, apabila hilal tersebut tidak terlihat, berarti Sya’ban digenap­kan menjadi 30 hari. Secara otomatis, setelah 30 Sya’ban tentunya adalah 1 Ramadhan.

Apabila Terlihat di Suatu Negeri, Apakah Hilal Berlaku bagi Negeri Itu Saja, Ataukah Berlaku Juga bagi Seluruh Dunia?
Apabila hilal telah terlihat pada satu negeri, seluruh negeri lain di dunia diharuskan untuk berpuasa. Hal ini merupakan pendapat Jumhur Ulama yang dipetik dari firman Allah Ta’âla,
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“… Maka barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan bulan, hendaknya ia berpuasa ….” [Al-Baqarah: 185]
Juga dari hadits Abdullah bin Umar radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim yang tersebut di atas, dan hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمِّيَ عَلَيْكُمْ الشَّهْرُ فَعَدُّوْا ثَلَاثِيْنَ
“Berpuasalah kalian karena melihat (hilal) tersebut, dan ber­bukalah kalian karena melihat (hilal) tersebut. Lalu, apabila tertutupi dari (pandangan) kalian, sempurnakanlah bulan (Sya’ban) tersebut menjadi tiga puluh (hari).”
Ayat dan dua hadits di atas adalah perkataan yang ditujukan kepada seluruh kaum muslimin di manapun mereka berada pada belahan bumi ini, maka mereka wajib berpuasa tatkala ada di antara kaum muslimin yang melihat hilal.

http://dzulqarnain.net/beberapa-perkara-yang-perlu-diketahui-sebelum-memasuki-ramadhan.html

Senin, 25 Mei 2015

Jangan Kamu Heran, Penyembah Patung Akan Selalu Memusuhi Islam…!

Allah ‘azza wa jalla berfirman,
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” [Al-Maidah: 82]

#Beberapa_Pelajaran:
1. Peringatan kepada umat Islam untuk berhati-hati dan selalu waspada terhadap para penyembah berhala, penyembah patung-patung yang mereka pahat sendiri;
• Kapan kaum muslimin lemah dan lengah, sedang mereka berkuasa dan mampu, niscaya mereka akan menyerang, menyiksa, membunuh dan mengusir kaum muslimin,
• Bahwa ajaran-ajaran kasih sayang mereka hanyalah kepalsuan dan tipu daya belaka. Kaum muslimin Rohingya di Myanmar adalah saksi-saksi hidup akan kepalsuan dan tipu daya mereka di abad modern ini.

Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari rahimahullah berkata,
يقول تعالى ذكره لنبيه محمدّ صلى الله عليه وسلم: لتجدن، يا محمد، أشدَّ الناس عداوةً للذين صدَّقوك واتبعوك وصدّقوا بما جئتهم 
به من أهل الإسلام “اليهودَ والذين اشركوا”، يعني: عبدة الأوثان الذين اتخذوا الأوثان آلهة يعبدونها من دون الله

“Allah ta’ala dzikuruhu mengingatkan kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam dalam ayat ini: Engkau benar-benar akan mendapati wahai Muhammad, orang-orang yang paling keras memusuhi kaum muslimin yang membenarkanmu, meneladanimu dan membenarkan ajaranmu adalah Yahudi dan orang-orang musyrik, yaitu para penyembah berhala yang menjadikan berhala-berhala sebagai ‘tuhan-tuhan’ yang mereka sembah selain Allah ta’ala.” [Tafsir Ath-Thobari, 10/498]

2. Pembenci Islam terbesar adalah Yahudi dan Musyrikin. Asy-Syaikh Al-Mufassir Abdur Rahman As-Si’di rahimahullah berkata,

فهؤلاء الطائفتان على الإطلاق أعظم الناس معاداة للإسلام والمسلمين، وأكثرهم سعيا في إيصال الضرر إليهم، وذلك لشدة بغضهم لهم، بغيا وحسدا وعنادا وكفرا.

“Maka secara mutlak, dua golongan inilah yang paling memusuhi dan paling banyak berusaha menimpakan bahaya terhadap Islam dan kaum muslimin, hal itu karena besarnya kebencian mereka terhadap kaum muslimin, serta sifat mereka yang melampaui batas, hasad, menentang dan kufur.” [Tafsir As-Sa’di, hal. 241]
• Mereka tidak akan pernah senang terhadap kaum muslimin sampai mengikuti agama mereka,

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِير

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [Al-Baqoroh: 120]

Allah ta’ala juga berfirman,

وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) memurtadkan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” [Al-Baqoroh: 217]

3. Tidak ada alasan mengapa orang-orang kafir membenci kaum muslimin selain karena kekafiran mereka kepada Allah ta’ala dan keimanan kaum muslimin kepada-Nya, maka ayat yang mulia ini sekaligus mengingatkan kaum muslimin bahwa diantara konsekuensi keimanan adalah dimusuhi dan memusuhi orang-orang kafir. Allah ta’ala berfirman,

وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

“Dan mereka (orang-orang kafir) tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” [Al-Buruj: 8]
• Karena itu, memusuhi orang-orang kafir adalah sifat kaum mukminin. Allah ta’ala berfirman,

لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

“Engkau tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir; berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, meskipun musuh Allah tersebut adalah bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka dan karib kerabat mereka.” [Al-Mujadalah: 22]

• Barangsiapa mencintai orang-orang kafir maka ia bagian dari mereka. Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai orang-orang yang kamu cintai; sebahagian mereka (orang-orang kafir) hanya pantas menjadi orang-orang yang dicintai bagi sebahagian yang lain (orang-orang kafir pula). Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka sebagai orang-orang yang dicintai, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” [Al-Maidah: 51]

• Akan tetapi kaum muslimin tetap dilarang berlaku zalim kepada orang-orang kafir, walau mereka zalim terhadap kaum muslimin. Inilah diantara keadilan dan rahmat Islam, bahwa kebencian seorang muslim terhadap kekafiran dan orang-orang kafir adalah wajib, tapi itu bukan alasan yang membolehkannya berbuat zalim kepada mereka. Allah ta’ala berfirman,

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَنْ لا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” [Al-Maidah: 8]

• Bahkan walau mereka berbuat zalim kepada seorang muslim, maka ia hanya boleh membalas sekadar kezaliman tersebut, tidak boleh melampaui batas. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

وَقَوْلُهُ: {فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ} أمْر بِالْعَدْلِ حَتَّى فِي الْمُشْرِكِينَ: كَمَا قَالَ: {وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ} وَقَالَ: {وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا}

“Dan firman Allah ta’ala,

فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ

“Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.” (Al-Baqoroh: 194)

Ayat ini adalah perintah untuk berbuat adil walau terhadap kaum musyrikin, sebagaimana firman Allah ta’ala pada ayat yang lain,

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.” (An-Nahl: 126)

Dan firman Allah ta’ala,

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa.” (Asy-Syuro: 140).” [Tafsir Ibnu Katsir, 1/527]

• Karena itulah, tidak dibenarkan untuk membalas dan menakut-nakuti orang-orang kafir yang ada di suatu negeri karena kezaliman orang-orang kafir di negeri yang lain, sebab itu adalah kezaliman. Apalagi jika orang-orang kafir tersebut termasuk kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang tinggal di negeri muslim sebagai warga negara kaum muslimin, maka wajib bagi kaum muslimin untuk melindungi dan mendakwahi mereka, bukan karena kemuliaan maereka, tapi kaum muslimin memegang teguh perjanjian walau dengan orang-orang kafir, termasuk perjanjian dzimmah (kewarganegaraan di negeri muslim).

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيْحَهَا تُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ أَرْبَعِيْنَ عَامًا

“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad (yang terikat perjanjian), maka ia tidak akan mencium bau surga, dan sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” [HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma]

• Dan tidak ada jihad terhadap orang-orang kafir kecuali bersama pemerintah kaum muslimin. Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ يُطِعِ الْأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ يَعْصِ الْأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي وَإِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

“Siapa yang taat kepadaku maka sungguh ia telah taat kepada Allah dan siapa yang bermaksiat terhadapku maka sungguh ia telah bermaksiat kepada Allah. Dan siapa yang taat kepada pemimpin maka sungguh ia telah taat kepadaku dan siapa yang bermaksiat kepada pemimpin maka sungguh ia telah bermaksiat kepadaku. Dan sesungguhnya seorang pemimpin adalah tameng, dilakukan peperangan di belakangnya dan dijadikan sebagai pelindung.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’ahu]

Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

أَيْ يُقَاتَلُ مَعَهُ الْكُفَّارُ وَالْبُغَاةُ وَالْخَوَارِجُ وَسَائِرُ أَهْلِ الْفَسَادِ وَالظُّلْمِ مُطْلَقًا

“Maknanya: Berperang hendaklah dilakukan bersama pemimpin untuk melawan orang-orang kafir, pemberontak, khawarij dan semua orang yang melakukan kerusakan dan kezaliman, secara mutlak.” [Syarhu Muslim, 12/230]

Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah berkata,

واعلم أن جور السلطان لا ينقص فريضة من فرائض الله عز وجل التي افترضها على لسان نبيه صلى الله عليه وسلم؛ جوره على نفسه، وتطوعك وبرك معه تام لك إن شاء الله تعالى، يعني: الجماعة والجمعة معهم، والجهاد معهم، وكل شيء من الطاعات فشارك فيه، فلك نيتك.

“Ketahuilah, kezaliman penguasa tidak mengurangi suatu kewajiban kepada Allah ‘azza wa jalla yang Allah wajibkan melalui lisan Nabi-Nya shallallahu’alaihi wa sallam (yaitu menunaikan hak Penguasa), karena kezalimannya adalah dosa yang membahayakannya, adapun ketaatanmu dan kebaikanmu kepadanya akan dibalas sempurna untukmu insya Allah ta’ala, yaitu: Tetaplah melakukan sholat berjama’ah, sholat Jum’at dan berjihad bersamanya, dan dalam semua bentuk ketaatan bergabunglah dengannya (jangan memberontak), maka engkau akan mendapatkan sesuai dengan niatmu.” [Syarhus Sunnah, hal. 113]

4. Janganlah engkau heran; pembunuhan, penyiksaan dan pengusiran orang-orang kafir terhadap kaum muslimin bukanlah sesuatu yang baru, melainkan telah dialami oleh manusia-manusia yang paling mulia, yaitu para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam serta pengikut-pengikut mereka. Allah ta’ala berfirman,

يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ

“Mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Rabb kalian.” [Al-Mumtahanah: 1]

• Diantara hikmahnya mengapa Allah ta’ala menakdirkan hal itu terjadi adalah untuk menguji kaum muslimin siapa yang benar-benar beriman kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” [Al-‘Ankabut: 2-3]

• Hikmah lainnya adalah bisa jadi untuk menghukum kaum muslimin atas dosa-dosa yang mereka kerjakan dan mengingatkan mereka untuk bertaubat kepada Allah ta’ala,

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan musibah saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-Syuro: 30]

• Hikmah lainnya adalah untuk mengingatkan kaum muslimin agar bersatu dan tidak berpecah belah,

وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan (berselisih), yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah.” [Al-Anfal: 46]
• Hikmah lainnya adalah sebagai pengangkat derajat, penambah pahala dan penghapus dosa bagi kaum muslimin yang bersabar dalam keimanan dan ketakwaan. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Hanyalah orang-orang yang sabar itu pahala mereka tanpa batas.” [Az-Zumar: 10]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah timpakan kepada mereka bala, barangsiapa ridho dengannya maka Allah pun ridho kepadanya, barangsiapa yang marah dengannya maka Allah pun marah kepadanya.” [HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Shahihul Jami: 2110]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ ، وَلاَ وَصَبٍ ، وَلاَ هَمٍّ ، وَلاَ حُزْنٍ ، وَلاَ أَذًى ، وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidak ada musibah apa pun yang menimpa seorang muslim, apakah keletihan, penyakit, kegalauan, kesedihan, kezaliman, sakit hati, sampai duri kecil yang menusuk kakinya, kecuali dengan itu Allah ta’ala akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallaahu ta’ala ‘anhuma]

• Pada akhirnya Allah ta’ala akan menolong orang-orang yang teguh dan sabar dalam keimanan dan ketakwaan. Allah ta’ala berfirman,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” [Al-Baqoroh: 214]

5. Kewajiban kaum muslimin untuk saling menolong, terutama ketika kaum muslimin dizalimi karena keimanan mereka,

وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ

“Jika mereka (kaum muslimin) meminta pertolongan kepadamu dalam agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.” [Al-Anfal: 72]

• Sebagaimana membenci dan memusuhi orang-orang kafir adalah konsekuensi keimanan, demikian pula mencintai dan menolong kaum muslimin termasuk konsekuensi keimanan. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” [Al-Hujurat: 10]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan sebuah bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi dan berlemah lembut di antara mereka bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit hingga tidak bisa tidur dan merasa demam.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم