Allah ‘azza wa jalla berfirman,
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik.”
[Al-Maidah: 82]
#Beberapa_Pelajaran:
1. Peringatan kepada umat Islam untuk berhati-hati dan selalu waspada
terhadap para penyembah berhala, penyembah patung-patung yang mereka
pahat sendiri;
• Kapan kaum muslimin lemah dan lengah, sedang mereka berkuasa dan
mampu, niscaya mereka akan menyerang, menyiksa, membunuh dan mengusir
kaum muslimin,
• Bahwa ajaran-ajaran kasih sayang mereka hanyalah kepalsuan dan tipu
daya belaka. Kaum muslimin Rohingya di Myanmar adalah saksi-saksi hidup
akan kepalsuan dan tipu daya mereka di abad modern ini.
Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari rahimahullah berkata,
يقول تعالى ذكره لنبيه محمدّ صلى الله عليه وسلم: لتجدن، يا
محمد، أشدَّ الناس عداوةً للذين صدَّقوك واتبعوك وصدّقوا بما جئتهم
به من
أهل الإسلام “اليهودَ والذين اشركوا”، يعني: عبدة الأوثان الذين اتخذوا
الأوثان آلهة يعبدونها من دون الله
“Allah ta’ala dzikuruhu mengingatkan kepada Nabi-Nya Muhammad
shallallahu’alaihi wa sallam dalam ayat ini: Engkau benar-benar akan
mendapati wahai Muhammad, orang-orang yang paling keras memusuhi kaum
muslimin yang membenarkanmu, meneladanimu dan membenarkan ajaranmu
adalah Yahudi dan orang-orang musyrik, yaitu para penyembah berhala yang
menjadikan berhala-berhala sebagai ‘tuhan-tuhan’ yang mereka sembah
selain Allah ta’ala.”
[Tafsir Ath-Thobari, 10/498]
2. Pembenci Islam terbesar adalah Yahudi dan Musyrikin. Asy-Syaikh Al-Mufassir Abdur Rahman As-Si’di rahimahullah berkata,
فهؤلاء الطائفتان على الإطلاق أعظم الناس معاداة للإسلام
والمسلمين، وأكثرهم سعيا في إيصال الضرر إليهم، وذلك لشدة بغضهم لهم، بغيا
وحسدا وعنادا وكفرا.
“Maka secara mutlak, dua golongan inilah yang paling memusuhi dan
paling banyak berusaha menimpakan bahaya terhadap Islam dan kaum
muslimin, hal itu karena besarnya kebencian mereka terhadap kaum
muslimin, serta sifat mereka yang melampaui batas, hasad, menentang dan
kufur.”
[Tafsir As-Sa’di, hal. 241]
• Mereka tidak akan pernah senang terhadap kaum muslimin sampai mengikuti agama mereka,
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى
تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ
اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ
مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِير
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah
itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
[Al-Baqoroh: 120]
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن
دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ
فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
memurtadkan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka
sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia
mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia
dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.”
[Al-Baqoroh: 217]
3. Tidak ada alasan mengapa orang-orang kafir membenci kaum muslimin
selain karena kekafiran mereka kepada Allah ta’ala dan keimanan kaum
muslimin kepada-Nya, maka ayat yang mulia ini sekaligus mengingatkan
kaum muslimin bahwa diantara konsekuensi keimanan adalah dimusuhi dan
memusuhi orang-orang kafir. Allah ta’ala berfirman,
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“Dan mereka (orang-orang kafir) tidak menyiksa orang-orang mukmin itu
melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.”
[Al-Buruj: 8]
• Karena itu, memusuhi orang-orang kafir adalah sifat kaum mukminin. Allah ta’ala berfirman,
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ
أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Engkau tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan
hari akhir; berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan
Rasul-Nya, meskipun musuh Allah tersebut adalah bapak-bapak mereka,
anak-anak mereka, saudara-saudara mereka dan karib kerabat mereka.”
[Al-Mujadalah: 22]
• Barangsiapa mencintai orang-orang kafir maka ia bagian dari mereka. Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم
مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani sebagai orang-orang yang kamu cintai; sebahagian
mereka (orang-orang kafir) hanya pantas menjadi orang-orang yang
dicintai bagi sebahagian yang lain (orang-orang kafir pula). Barangsiapa
di antara kamu mengambil mereka sebagai orang-orang yang dicintai, maka
sesungguhnya dia termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.”
[Al-Maidah: 51]
• Akan tetapi kaum muslimin tetap dilarang berlaku zalim kepada
orang-orang kafir, walau mereka zalim terhadap kaum muslimin. Inilah
diantara keadilan dan rahmat Islam, bahwa kebencian seorang muslim
terhadap kekafiran dan orang-orang kafir adalah wajib, tapi itu bukan
alasan yang membolehkannya berbuat zalim kepada mereka. Allah ta’ala
berfirman,
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَنْ لا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa.”
[Al-Maidah: 8]
• Bahkan walau mereka berbuat zalim kepada seorang muslim, maka ia
hanya boleh membalas sekadar kezaliman tersebut, tidak boleh melampaui
batas. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
وَقَوْلُهُ: {فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ
بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ} أمْر بِالْعَدْلِ حَتَّى فِي
الْمُشْرِكِينَ: كَمَا قَالَ: {وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ
مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ} وَقَالَ: {وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا}
“Dan firman Allah ta’ala,
فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ
“Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.” (Al-Baqoroh: 194)
Ayat ini adalah perintah untuk berbuat adil walau terhadap kaum musyrikin, sebagaimana firman Allah ta’ala pada ayat yang lain,
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang
sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.” (An-Nahl: 126)
Dan firman Allah ta’ala,
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa.” (Asy-Syuro: 140).” [Tafsir Ibnu Katsir, 1/527]
• Karena itulah, tidak dibenarkan untuk membalas dan
menakut-nakuti orang-orang kafir yang ada di suatu negeri karena
kezaliman orang-orang kafir di negeri yang lain, sebab itu adalah
kezaliman. Apalagi jika orang-orang kafir tersebut termasuk kafir
dzimmi, yaitu orang kafir yang tinggal di negeri muslim sebagai warga
negara kaum muslimin, maka wajib bagi kaum muslimin untuk melindungi dan
mendakwahi mereka, bukan karena kemuliaan maereka, tapi kaum muslimin
memegang teguh perjanjian walau dengan orang-orang kafir, termasuk
perjanjian dzimmah (kewarganegaraan di negeri muslim).
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيْحَهَا تُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ أَرْبَعِيْنَ عَامًا
“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad (yang terikat perjanjian), maka ia
tidak akan mencium bau surga, dan sesungguhnya bau surga itu tercium
dari perjalanan empat puluh tahun.”
[HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma]
• Dan tidak ada jihad terhadap orang-orang kafir kecuali bersama
pemerintah kaum muslimin. Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ
عَصَى اللَّهَ وَمَنْ يُطِعِ الْأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ يَعْصِ
الْأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي وَإِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ
وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Siapa yang taat kepadaku maka sungguh ia telah taat kepada Allah dan
siapa yang bermaksiat terhadapku maka sungguh ia telah bermaksiat
kepada Allah. Dan siapa yang taat kepada pemimpin maka sungguh ia telah
taat kepadaku dan siapa yang bermaksiat kepada pemimpin maka sungguh ia
telah bermaksiat kepadaku. Dan sesungguhnya seorang pemimpin adalah
tameng, dilakukan peperangan di belakangnya dan dijadikan sebagai
pelindung.”
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’ahu]
Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
أَيْ يُقَاتَلُ مَعَهُ الْكُفَّارُ وَالْبُغَاةُ وَالْخَوَارِجُ وَسَائِرُ أَهْلِ الْفَسَادِ وَالظُّلْمِ مُطْلَقًا
“Maknanya: Berperang hendaklah dilakukan bersama pemimpin untuk
melawan orang-orang kafir, pemberontak, khawarij dan semua orang yang
melakukan kerusakan dan kezaliman, secara mutlak.”
[Syarhu Muslim, 12/230]
Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah berkata,
واعلم أن جور السلطان لا ينقص فريضة من فرائض الله عز وجل التي
افترضها على لسان نبيه صلى الله عليه وسلم؛ جوره على نفسه، وتطوعك وبرك معه
تام لك إن شاء الله تعالى، يعني: الجماعة والجمعة معهم، والجهاد معهم، وكل
شيء من الطاعات فشارك فيه، فلك نيتك.
“Ketahuilah, kezaliman penguasa tidak mengurangi suatu kewajiban
kepada Allah ‘azza wa jalla yang Allah wajibkan melalui lisan Nabi-Nya
shallallahu’alaihi wa sallam (yaitu menunaikan hak Penguasa), karena
kezalimannya adalah dosa yang membahayakannya, adapun ketaatanmu dan
kebaikanmu kepadanya akan dibalas sempurna untukmu insya Allah ta’ala,
yaitu: Tetaplah melakukan sholat berjama’ah, sholat Jum’at dan berjihad
bersamanya, dan dalam semua bentuk ketaatan bergabunglah dengannya
(jangan memberontak), maka engkau akan mendapatkan sesuai dengan
niatmu.”
[Syarhus Sunnah, hal. 113]
4. Janganlah engkau heran; pembunuhan, penyiksaan dan pengusiran
orang-orang kafir terhadap kaum muslimin bukanlah sesuatu yang baru,
melainkan telah dialami oleh manusia-manusia yang paling mulia, yaitu
para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam serta pengikut-pengikut mereka.
Allah ta’ala berfirman,
يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ
“Mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Rabb kalian.”
[Al-Mumtahanah: 1]
• Diantara hikmahnya mengapa Allah ta’ala menakdirkan hal itu terjadi
adalah untuk menguji kaum muslimin siapa yang benar-benar beriman
kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا
وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta.”
[Al-‘Ankabut: 2-3]
• Hikmah lainnya adalah bisa jadi untuk menghukum kaum muslimin atas
dosa-dosa yang mereka kerjakan dan mengingatkan mereka untuk bertaubat
kepada Allah ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan musibah saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(kesalahan-kesalahanmu).”
[Asy-Syuro: 30]
• Hikmah lainnya adalah untuk mengingatkan kaum muslimin agar bersatu dan tidak berpecah belah,
وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan (berselisih), yang menyebabkan
kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah.”
[Al-Anfal: 46]
• Hikmah lainnya adalah sebagai pengangkat derajat, penambah pahala
dan penghapus dosa bagi kaum muslimin yang bersabar dalam keimanan dan
ketakwaan. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Hanyalah orang-orang yang sabar itu pahala mereka tanpa batas.”
[Az-Zumar: 10]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ
اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا
وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya ujian. Dan
sesungguhnya Allah ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah
timpakan kepada mereka bala, barangsiapa ridho dengannya maka Allah pun
ridho kepadanya, barangsiapa yang marah dengannya maka Allah pun marah
kepadanya.”
[HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Shahihul Jami: 2110]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ ، وَلاَ وَصَبٍ ، وَلاَ
هَمٍّ ، وَلاَ حُزْنٍ ، وَلاَ أَذًى ، وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ
يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidak ada musibah apa pun yang menimpa seorang muslim, apakah
keletihan, penyakit, kegalauan, kesedihan, kezaliman, sakit hati, sampai
duri kecil yang menusuk kakinya, kecuali dengan itu Allah ta’ala akan
menghapus kesalahan-kesalahannya.”
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallaahu ta’ala ‘anhuma]
• Pada akhirnya Allah ta’ala akan menolong orang-orang yang teguh dan
sabar dalam keimanan dan ketakwaan. Allah ta’ala berfirman,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا
يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ
الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ
اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan
Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
[Al-Baqoroh: 214]
5. Kewajiban kaum muslimin untuk saling menolong, terutama ketika kaum muslimin dizalimi karena keimanan mereka,
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
“Jika mereka (kaum muslimin) meminta pertolongan kepadamu dalam agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.”
[Al-Anfal: 72]
• Sebagaimana membenci dan memusuhi orang-orang kafir adalah
konsekuensi keimanan, demikian pula mencintai dan menolong kaum muslimin
termasuk konsekuensi keimanan. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat.”
[Al-Hujurat: 10]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan sebuah bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.”
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ
وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى
لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai,
menyayangi dan berlemah lembut di antara mereka bagaikan satu tubuh,
apabila ada satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuh akan ikut
merasa sakit hingga tidak bisa tidur dan merasa demam.”
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم